http://makalahpendidikandemokrasikunzhe.blogspot.co.id/

Monday 2 May 2016

pengaruh teknologi terhadap perkembangan anak


             Bila kita berbicara tentang anak-anak,kita memutar kembali ingatan kita ke masa kecil,masa yang paling indah,tiapa hari tanpa kegembiraan,kenangan yang sulit untuk di lupakan.Dulu setiap permainan di lakukan secara bersama-sama,begitu besar ikatan keakraban dan interaksi sosial.
Sekarang ini dengan adanya perkembangan informasi yang melaju pesat,anak-anak cenderung lebih suka menghabiskan waktunya untuk komputer,play station,bermain hp dan lain semacamnya.
        Tingginya arus teknologi disadari dan tidak disadari telah membentuk generasi baru yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.Di mana generasi sebelumnya permainan tradisional seperti black sodor,bentengan,gatheng,boy-boy,nan,petak umpet ,dll sering di mainkan di kala itu dan ternyata memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan anak yaitu meningkatkan nilai kognitif  di mana di setiap permainan itu terdapat unsur pendidikan,Yang berupa pendidikan organisasi,mengolah mental,kerja tim.
            Sedangkan anak-anak jaman sekarang cenderung individual dan kurangnya sosialisasi di dalam masyarakat.Kini anak-anak lebih terbiasa dengan yang namanya komputer.Mereka lebih asyik bermain dengan komputer.Permainan seperti,furby,game boy,play station,sega-dreamcast atau nintendo 64 langsung menyerbu kamar anak-anak.Bahkan Hp dan komputer bukan lagi barang yang aneh di kalangan anak-anak.
           Dengan cepat anak-anak sekarang menyerap produk pasar ,yang bagi generasi sebelumnya membuat pening kepala.Kecenderungan ini di endus dengan tajam oleh industri mainan.Dengan cepat industri mainan mengembangkan produk-produk terbarunya.Dengan adanya dampak perkembangan teknologi mereka sadar ,ada target pasar yang gemuk mudah di bidik,yakni anak-anak.Statistik di Jerman membuktikan hal ini,dalam setahun,anak-anak membelanjakan sekitar 9 milyar Dolar untuk membeli mainan,atau rata-rata seorang anak membelanjakan 900 dolar setahunnya.Sebuah jajak pendapat yang pernah di langsir oleh situs radio di Jerman,Dautch Welle,menunjukkan ,yang paling di dambakan anak-anak berusia antara 10-17 tahun adalah peralatan elektronik.Sekitar 40%menginginkan personal komputer mereka di lengkapi juga fasilitas yang bisa mengakses internet.Fakta berikutnya sekitar 30 % anak-anak usia 10- 14 tahun menginginkan telepon genggam.Begitu besarnya minat mainan anak-anak yang berbasis teknologi sekarang ini.(komariyah kunzhe)




makalah gaya hidup kajian masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
                          Pada era globalisasi dan modern sekarang ini, gaya hidup atau life style
merupakan hal yang sangat penting dan kerap menjadi ajang untuk menunjukkan
identitas diri. Berbagai macam cara dilakukan orang-orang untuk bisa menunjukkan jati
dirinya masing-masing, baik itu dari segi cara berpakaian, pola hidup, bahkan sampai ke
perilaku seksual yang akhir-akhir ini semakin menyimpang dari etika dan norma yang
ada.
                   Perubahan sosiokultural yang menyertai kemajuan ekonomi di Indonesia lima
tahun terakhir ini dapat dilihat dari berkembangnya berbagai gaya hidup dan diferensiasi
sosial sebagai fungsi dari perkembangan ekonomi dan industrualisasi. Ada beberapa
kontradiksi ideologis berkaitan dengan perkembangan gaya hidup tersebut di dalam
masyarakat. Para pendukung Marxisme misalnya, melihat pembentukan diferensiasi
sosial dan gaya hidup adalah sebagai akibat dari model relasi produksi kapitalisme yang
menyimpan konflik sosial di dalamnya. Sementara para pemikir non Marxis (misalnya
Durkheim, Parsons, Williamson) melihat diferensiasi dan terbentuknya gaya hidup
tersebut sebagai suatu yang positif dalam perkembangan masyarakat. Gaya hidup
menurut mereka, merupakan satu bentuk kreativitas yang diperlukan bagi kemajuan
sosial dan kultural (Piliang, 2004: 303).
                            Kontradiksi tersebut juga telah mulai muncul di Indonesia seiring dengan
perkembangan berbagai gaya hidup kahir-akhir ini. Kecenderugan tersebut tampaknya 2
akan tetap mewarnai perkembangan gaya hidup di masa mendatang, yang akan lebih
bersifat plural, beragam, dan mengambang bebas.
                        Dapat terlihat bahwa di dalam suatu pergaulan dibutuhkan aturan-aturan atau
norma-norma yang terjadi atas kesepakatan bersama dan bertujuan untuk mengindari hal-hal
yang bersifat negatif. Lingkungan yang pertama kali memperkenalkan individu
kepada aturan yang berlaku di masyarakat adalah lingkungan keluarga. Keluarga
biasanya membimbing kita kepada penyelarasan terhadap norma-norma sosial yang
berlaku di masyarakat dengan tujuan menghindari penolakan sosial dikarenakan
mengenal aturan-aturan atau norma-norma sosial yang terdapat di masyarakat. Aturan aturan
atau norma-norma yang berlaku di dalam suatu masyarakat tertentu akan menjadi
suatu kebiasaan, apalagi bila didukung oleh lingkungan yang setiap hari memberi contoh.
Dengan sadar atau tidak sadar kelompok lainnya akan meniru kebiasaan tersebut.
Orientasi seksual yang berkaitan dengan perasaan dan konsep diri. bagi
kebanyakan orang, orientasi seksual terjadi pada masa remaja.
Kesamaan hobi atau aktivitas dapat menyebabkan terbentuknya komunitas. Pada
masa sekarang ini mudah sekali dijumpai komunitas-komunitas yang terbentuk
berdasarkan hobi dan aktivitas, sebagai contoh komunitas eksekutif muda yang lebih suka
berkumpul di kafe, komunitas perkumpulan modifikasi motor, dan lain-lain.
Lesbian adalah istilah perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada
sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara
fisik, seksual, emosional atau secara spiritual. Lesbian juga adalah seorang perempuan
yang memiliki ikatan emosional-erotis dan seksual terutama dengan perempuan atau yang
melihat dirinya terutama sebagai bagian dari sebuah komunitas yang mengidentifikasikan
diri lesbian yang memiliki ikatan emosional-erotis dan seksual dengan perempuan, dan
yang mengidentifikasikan dirinya seorang lesbian (Adhiati. 2007:26).
Dalam lesbian dikenal istilah-istilah untuk membedakan apakah lesbian tersebut
selaku laki-laki yang disebut butch, selaku perempuan yang disebut femme, bisa sebagai
laki-laki atau perempuan disebut andro dan bukan laki-laki ataupun perempuan yang
disebut no lebel. Biasanya yang berperan sebagai butch dapat dilihat/dibedakan dari cara
berpakaiannya yang cenderung seperti laki-laki. Bahkan mereka sudah merasa seperti 4
laki-laki baik dalam berpakaian maupun bertingkah laku. Sedangkan femme biasanya
seperti perempuan-perempuan pada umumnya yang berpenampilan feminin, suka
berdandan dan tampak seperti perempuan normal. Andro dalam berpakaian lebih
fleksibel, tergantung dari peran yang dilakoni pada saat itu, apakah dia sebagai
perempuan atau laki-lakinya. Untuk lesbian no lebel biasanya tidak mempunyai cirri khas
tertentu dalam berpakaian. Lesbian terpolarisasi menjadi beberapa kelompok, baik
menjadi kelompok feminis saja, kelompok lesbian saja, kelompok perempuan biasa saja,
atau bahkan hanya menjadi kelompok lesbian yang mengasingkan diri dari masyarakat
dan mempunyai kehidupan yang tertutup (atau yang disebut dengan the lesbian in the
closet) (Brooks. 2009:56).
.                             Ada masyarakat yang menerima keberadaan mereka, tapi pada umumnya
masyarakat belum bisa menerima keberadaan mereka secara langsung. Di Indonesia pada
umumnya dan di Bali pada khususnya masih banyak yang menganggap kaum
homoseksual khususnya lesbian itu sebagai penyimpangan seksual dan streotip negatif
terhadap homoseksual, hal ini disebut homophobia. Penyimpangan yang dimaksud adalah
adanya kelainan dalam hal seksual, di mana seharusnya laki-laki tertarik terhadap lawan
jenisnya yaitu perempuan dan begitu pula seharusnya perempuan pun tertarik terhadap
laki-laki, namun dalam hal ini terjadi kelainan yaitu dimana perempuan memiliki
ketertarikan terhadap sesama perempuan dan tidak tertarik terhadap lawan jenisnya yaitu 8
laki-laki dan begitu juga laki-laki memiliki ketertarikan terhadap laki-laki dan tidak
tertarik terhadap perempuan.
                        Dengan melihat kondisi yang masih ”abu-abu” di dalam masyarakat dalam
penerimaan terhadap keberadaan komunitas mereka, maka komunitas lesbian khususnya
yang berada di Kuta mulai melakukan aksi-aksi/kegiatan-kegiatan positif yang
bermanfaat bagi masyarakat. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka ada, dan juga
mempunyai kegiatan yang positif, sehingga keberadaan komunitas mereka tidak lagi di
pandang negatif oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah
                   Dari identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana eksistensi komunitas lesbian yang terpinggirkan di Kuta?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan komunitas lesbian yang terpinggirkan
    di Kuta tersebut eksis?
3.. Apa dampak dan makna eksistensi bagi komunitas lesbian yang terpinggirkan di
     Kuta?
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan :
1. Dapat menambah khasanah, pengetahuan dalam hal adanya eksistensi
komunitas lesbian yang terpinggirkan di Kelurahan Kuta.
2. Hasil penelitian dapat dipakai sebagai referensi peneliti selanjutnya.10
1.3.2 Manfaat Praktis
                               Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan bahan
pertimbangan bagi kita semua terutama orang tua dan komunitas lesbian khususnya agar
dapat menghindari dan bahkan mengurangi terjadinya penyimpangan seksual yang sudah
terjadi. Sehingga bermanfaat dalam menjaga kesinergisan antara kaum lesbian dengan
masyarakat, agar dapat diterima selayaknya komunitas-komunitas yang lain.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Beberapa kajian pustaka yang dijadikan acuan dasar menelaah permasalahan ini
diantaranya, Pitana (1994) dalam bukunya yang berjudul “ Dinamika Masyarakat dan
Kebudayaan Bali”, tulisan ini membahas bahwa Pulau Bali diibaratkan gadis cantik yang
ayu, memikat dan dirindukan banyak orang dipelosok dunia. Tidak mengherankan bila si
gadis “doperkosa” dengan berbagai macam kepentingan.
Semua itu terjadi tentu akibat dari gelombang globalisasi yang menghantam dari
waktu ke waktu dan dari hari ke hari. Gigi globalisasi itu bermata dua, mata yang satu
menyemburkan jamu, bedak dan gincu sehingga si gadis menjadi menawan. Tetapi mata
yang satu lagi menyemburkan bisa, sehingga si gadis menjadi keracunan, kemasukan
virus, sehingga kulit tubuhnya yang indah dan mulus itu menjadi bercak-bercak bernoda.
Persamaan dengan penelitian ini adalah, globalisasi yang berpengaruh terhadap
pergeseran nilai budaya dari masa ke masa, di satu sisi bisa berdampak positif terhadap
perkembangan jaman, tapi disisi lain bisa juga berdampak negatif karena mengkikis nilai
budaya ketimuran kita. Perbedaannya adalah disini globalisasi dicap merusak dan
menimbulkan efek yang kurang baik bagi nilai budaya.
Rahmat (1997), dalam tulisannya “Generasi di Tengah Arus perkembangan
Informasi”, tulisan ini membahas tentang pengaruh teknologi informasi komunikasi
mutakhir pada perubahan perilaku sosial generasi muda. Menurutnya salah satu bentuk 12
ketegangan dari kemelut yang terjadi akibat penetrasi media adalah hancurnya nilai-nilai
tradisional dan merembesnya nilai-nilai modernitas yang distruktif. Sementara media
teknologi informasi komunikasi sarat dengan muatan rangsangan seksual, perilaku
agresif, konsumerisme dan sekuralisme ikut mewarnai gaya hidup.
Susilo (Tesis, 2006) dalam tulisannya berjudul “T-shirt sebagai Refrensi Gaya
Hidup Remaja Kota Medan”, dalam tulisan tersebut membahas tentang penampilan Tshirt
   sebagai gaya hidup, senantiasa merefleksikan dirinya sendiri menjadi identitas idola,
yaitu refresentasi ideologi konstruksi budaya, asosiasi simbol status sosial, kelas sosial,
budaya ber-merk dan ber-lebel pada diri sendiri sebagai fantasi dari ilusi kedustaan. Jadi
dihubungkan dengan kajian dalam bentuk persamaannya adalah sama-sama
mengaplikasikan dalam bentuk tampilan, komunitas lesbian bisa kita bedakan antara
butch atau femme biasanya dari cara berpakaian mereka.
2.2.1 Komunitas Lesbian
                 Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia,
individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal 19
dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari
communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".
Adalah kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling
berinteraksi dalam suatu daerah tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1995). Konsep
komunitas dalam perspektif ilmu sosial dan antropologi mempunyai arti yang dapat
menyempit dan meluas, walaupun disepakati bahwa faktor ikatan wilayah adalah
merupakan inti dari konsep komunitas.
2.2.2 Eksistensi
                          Adalah keberadaan, wujud yang tampak dari suatu benda yang membedakan
antara suatu benda dengan benda yang lain ( Tim Prima Pena, 2006:103)
Eksistensi juga merupakan keadaan berkat kesadarannya manusia mampu
melampaui situasi-situasi yang melingkarinya, mampu mengatasi apa yang faktum dan
daktum lengkap dalam proses yang transendensi melampaui pagar-pagar yang membatasi
alam pengukungnya ( Sutrisno, 2005: 355 ).
2.2.3 Terpinggirkan
                      Kemunduran perlahan dalam menyatunya kelas-kelas atau kategori pekerjaan
utama. Dapat dikatakan juga bahwa terdapat reduksi reduksi kepercayaan (Chirs
Barker,2008). Berasal dari kata dasar pinggir yang artinya tepi, kemudian menjadi
peminggir(an) yang artinya perbatasan (negeri dan sebagainya), penduduk di perbatasan.
Pinggiran berarti tepi, perbatasan (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1995)
2.2.4 Kuta
                    Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta Tengah, Kabupaten Badung merupakan salah
satu kelurahan dari 5 kelurahan yang ada di Kecamatan kuta Tengah, Kabupaten Badung.
Kuta masih berada dikawasan daerah periwisata yang terkenal dengan pantainya yang
berpasir putih, dan ombaknya yang menarik untuk berselancar. Sebagian besar wilayah 21
pemanfaatannya sebagai pemukiman umum penduduk serta akomodasi pariwisata/hotel,
pertokoan dan perdagangan. Dengan nuansa religius yang sangat kental dalam kehidupan
sosial budaya yang tinggi disertai budaya yang bermacam-macam, hotel, restaurant dan
cafe, art shop, penyewaan kendaraan bemotor dan lainnya membawa Kuta menjadi
tujuan wisata dunia (Profil Kelurahan Kuta 2008).
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori Hegemoni
                        Gramsci menilai bahwa hegemoni adalah suatu situasi fraksi (golongan,
kumpulan orang-orang) kelas penguasa menggunakan otoritas sosial dan kepemimpinan
pada kelas-kelas subordinat melalui kombinasi paksaan dan persrtujuan secara sadar.
Dengan demikian hegemoni ada dua jenis yakni hegemoni sebagai paksaan dan
hegemoni sebagai kerelaan.
Tiga istilah pokok mengidentifikasi bidang-bidang yang berbeda, tetapi saling
berhubungan, dalam suatu formasi sosial yang membentuk landasan bagi konseptualisasi
hegemoni. Ketiga istilah ini yang telah disebut di atas adalah : perekonomian, negara dan
masyarakat sipil. Gramsci memberikan penekanan pada negara atau masyarakat politik
dan masyarakat sipil, sehingga membedakan karyanya dengan karya-karya para penulis
marxisme terkemuka yang lain. Penekanan ini tidak mengabaikan perekonomian tetapi 23
berfungsi untuk membantu marxisme supaya tidak menjadi suatu bentuk ekonomisme,
yaitu pandangan bahwa landasan ekonomi menentukan pelbagai superstruktur seperti
agama, politik, seni, hukum atau pendidikan.
2.3.2 Teori Dekonstruksi
                    Derrida menggungkapkan dekonstruksi adalah pembongkaran sebuah teks untuk
mencari tahu dan menunnjukkan asumsi-asumsi yang dipegang oleh teks tersebut. Secara
lebih khusus dekonstruksi berarti melakukan pembongkaran atas oposisi-oposisi biner
hirarkis, seperi tulisan/tuturan, realitas/penampakan, alarm/budaya, akal/kegilaan dan
lain-lain, yang berfungsi menjamin kebenaran dengan menapikkan pasangan yang lebih 24
inferior dalam masing-masing oposisi biner (Barker, 2005). Derrida mengartikan
dekonstruksi dengan pembongkaran, pelucutan, penghancuran, penolakan dan berkaitan
dengan penyempurnaan arti semula.Teori ini sangat tepat digunakan untuk menganalisa tentang bentuk, fungsi dan hakekat makna dari eksistensi komunitas lesbian yangterpinggirkan di Kelurahan Kuta.
2.3.3 Teori Feminisme
                       Adalah bidang teori dan politik yang mengandung berbagai perspektif dan
preskripsi yang saling bersaing dalam rangka melakukan tindakan. Namun secara umum,
kita bisa mengatakan feminisme berpendapat bahwa seks bersifat fundamental dan tidak
dapat direduksi menjadi poros organisasi sosial, yang pada zamannya, telah
menyubordinasikan perempuan di bawah laki-laki. Jadi feminisme pada intinya menaruh
perhatian pada seks sebagai prinsip pengatur hehidupan sosial dimana relasi gender
sepenuhnya dipengaruhi oleh relasi kekuasaan (Barker,2008).



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
               Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kualitatif (Moleong,
2001:2). Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini, mengacu kepada pendapat
Straus dan Corbin (2003:5) yang mengemukakan bahwa :
“Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu
dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Metode ini dapat juga
digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit
diketahui. Demikian pula metode kualitatif dapat memberikan rincian yang
kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif”.
Adapun alasan lain mengapa digunakan pendekatan kualitatif, juga mengacu
kepada pendapat Schwartz dan Jacobs (Bruce at al, 1991: 235) yang mengemukakan
bahwa penelitian kualitatif dapat memahami perilaku sosial karena penelitian ini
“menemukan “definisi situasi” dari perilaku-yakni persepsinya, dan interpretasinya
tentang realitas dan bagaimana ini mempengaruhi perilakunya” .
Sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang mempunyai fleksibilitas yang
tinggi, dengan mengikuti pola pemikiran yang bersifat empirical inductive, segala sesuatu
dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang mencerminkan
keadaan yang sesungguhnya di lapangan. Maka, penelitian ini mempunyai karakter
eksploratori, yang menekankan proses daripada produk.34
3.2 Lokasi Penelitian
Peneliti akan mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Kuta, pertimbangan
penulis mengambil daerah Kuta sebagai lokasi penelitian adalah
1. Daerah Kuta penduduknya sangat heterogen antara masyarakat lokal, wisatawan
domestik dan wisatawan asing dengan berbagai gaya hidup (life style) mereka
masing-masing.
2. Hubungan antara masyarakat lokal, pendatang dan wisatawan asing cenderung
cuek, tidak seperti di daerah-daerah lain, karena adanya kecenderungan hubungan
bisnis antara pembeli dan penjual.
3. Di samping itu di kawasan Kuta banyak terdapat tempat hiburan malam yang
identik dengan tempat berkumpulnya kaum lesbian, jadi peneliti akan dapat lebih
mudah untuk mencari informasi dan data-data yang dianggap perlu.
3.3 Jenis dan Sumber Data
          Dalam penelitian ini, jenis data yang dipergunakan adalah data kualitatif. Sumber
data dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari informan dan observasi langsung
ke lapangan, dimana peneliti melakukan penelitian dengan terlibat langsung dalam
kehidupan sosial komunitas lesbian. Peneliti ikut secara langsung dalam kegiatankegiatan yang dilakukan komunitas lesbian, namun keberadaan peneliti dalam hal ini
menekankan pada pengalaman sebagai pihak luar/orang luar (outsider experrience) dan
pengalaman sebagai orang dalam dengan melibatkan segala emosi dan perasaan untuk
mendapatkan data yang lebih mendalam (Spradley,1997: 105-128).35
Di samping data primer, digunakan juga data sekunder sebagai penunjang yakni
data yang diperoleh dari penelitian perpustakaan (library research) berupa dokumendokumen, buku-buku (literature), laporan hasil penelitian, makalah dan artikel dalam
surat kabar yang berkaitan dengan objek penelitian yang akan mendukung data
dilapangan.
3.4 Teknik Penentuan Informan
                  Berkenaan dengan penelitian Eksistensi Komunitas Lesbian yang Terpinggirkan
yang akan dilaksanakan di Kuta, selain menggali data dari sumber kepustakaan, juga data
diambil dari informan. Informan yang dimaksud adalah informan yang mengetahui
kondisi tentang informasi mengenai komunitas lesbian tersebut, ada beberapa informan
yang bisa diwawancarai, yaitu June, Flo dan Ogut dkk. Penentuan informan dilakukan
secara purposive dan snow balling. Pemilihan mereka sebagai informan adalah karena
mereka dianggap sebagai perwakilan dari komunitas lesbian yang terdiri dari berbagai
kalangan dan mempunyai latar belakang yang berbeda, dan mereka dianggap sebagai
orang yang disegani dan paling luas jaringannya di dalam komunitas tersebut.
3.5 Instrumen Penelitian
                         Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat (instrumen) yaitu pedoman
wawancara. Nawawi (1995: 69) mengemukakan bahwa dalam pengumpulan data
diperlukan alat (instrumen) yang tepat agar data yang berhubungan dengan masalah dan
tujuan penelitian dapat dikumpulkan secara lengkap. Menurut Nawawi (1995: 74) dalam
melakukan observasi munculnya gejala-gejala dalam variabel penelitian harus segera 36
dicatat, meskipun dengan cara paling sederhana. Catatan yang paling sederhana itu
disebut anekdot, karena bentuknya sekedar lembaran-lembaran kertas putih atau sebuah
buku catatan. Selama penelitian di lapangan, data akan dikumpulkan dengan cara
wawancara mendalam, dibantu dengan kamera sebagai alat dokumentasi dan buku
catatan (note book) untuk mencatat aspek-aspek yang perlu dicatat.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif umumnya menggunakan tiga teknik pengumpulan data yakni;
(1) wawancara mendalam (indepth interview), (2) observasi, dan (3) studi kepustakaan.
Ketiga teknik ini digunakan dengan harapan dapat memperoleh seperangkat informasi
dan data yang memadai.
a. Teknik Observasi
               Teknik yang digunakan ini diharapkan dapat menarik inferensi tentang makna dan
pemahaman yang tidak terucap (tacit understanding) yang tidak didapatkan baik
pada wawancara ataupun dokumentasi.
b. Teknik Wawancara
               Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara
mendalam melalui informan kunci yang memahami situasi dan kondisi onjek
penelitian. Teknik wawancara yang dipergunakan adalah wawancara tidak
berstruktur yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung,
informasi yang diperoleh slanjutnya dicatat dan direkam.37
c. Teknik Kepustakaan
          untuk mencari data-data, memperluas wawasan dan lebih mendalami materi,
dilakukan di berbagai perpustakaan terutama perpustakaan S2 Kajian Budaya.
Sedangkan dokumentasai digunakan sebagai bukti pendukung yang akan dianalisis
sesuai dengan fokus penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
                    Analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan terus
menerus dari awal sampai akhir penelitian. Analisis data dilakukan secara deskriptif
kualitatif dan interpretatif.
Analisis dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi data, yaitu proses pemilahan,pemusatan perhatian, penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis
di lapangan.
2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan atau
penyederhanaan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang
disederhanakan dan selektif yang mudah dipahami.
3. Menarik kesimpulan yaitu, kegiatan konfigurasi yang utuh atau tinjauan ulang
terhadap catatan lapangan, yakni menguji kebenaran dan validitas, makna-makna
yang muncul dalam lokasi penelitian. Setelah memiliki landasan kuat, simpulannya
kuat dan menjadi lebih rinci sehingga menjadi simpulan terakhir
(Milles, 1992: 16-19).38.


3.8 Teknik Penyajian Hasil Penelitian
        Data yang telah dianalisis kemudian disajikan secara formal dan informal. Metode
secara informal yaitu teknik penyajian secara narasi, yaitu merangkai dan menyusun
informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan atau
penyederhanaan informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk sederhana, selektif
dan mudah dipahami.. Sedangkan metode secara formal dimaksud penyajian hasil
analisis dengan menggunakan bagan-bagan, tabel-tabel atau pun tanda-tanda tertentu.
Laporan penelitian dituangkan ke dalam 8 bab